Sepenggal Kisah Nurul-Hikmah 1
Hikmah 'Gak Mau Cekolah ah Kak
2
Ramadhan 1434/ 10 Juli 2013
Oleh:
Ayu Zaa
Gerimis kecil
mengiringi langkah-langkah kecil mereka yang berebutan menduduki shaf pertama.
“Aku duluan wekkk, kaka ketinggalan jauuuuhhh” ujar gadis kecil manis yang tak
lain adalah adikku, satu-satunya. Namanya Hikmah, gadis yang lucu sekali,
ketidakmampuannya mengucapkan huruf ‘R’ yang membuat orang-orang disekitarnya
selalu tersenyum saat mendengar celotehannya, gadis yang belum genap 4 tahun
ini termasuk anak yang menggemaskan dengan bola matanya yang bulat, keduanya
selalu berbinar di saat matahari menyapa dunia, kulitnya putih seperti
bundanya, gemuk, pokoknya Hikmah adalah sosok si kecil imut yang membuat orang
lain gelisah jika belum mencubit pipi gembulnya.
“Kak, aku bingung
deh, kenapa sih Hikmah halus sekolah? Kan sekolah ga enak, ga bisa main, cibuk
mulu kaya kaka, ngeljain tugas mulu. Enakan juga dilumah, main, telus main
lagi, abis itu main telus, selu deh!” Tanyanya dengan bahasa tubuh yang
menggemaskan.
“Dek, ga ada yang
maksa kok kalau Hikmah ga mau sekolah. Tapi, bukan kaka, Bunda, atau Ayah yang
menyuruh kamu untuk sekolah, Hikmah sendiri yang membutuhkannya, nanti kalau
Hikmah sudah besar, sudah dewasa Hikmah pasti mengerti kenapa Hikmah harus
sekolah” Jawabku memberi pengertian.
“Ka Nulul, pokoknya Hikmah ga mau sekolah dulu
ah, nanti aja sekolahnya kalo udah gede” Tegasnya sambil bergegas, entah
kemana. Palingan main lagi.
(bersambung...)
0 komentar