Sepenggal Kisah Nurul-Hikmah 2

by - Juli 16, 2013

Kaka Janji 'Gak Akan Tinggalin Kamu

6 Ramadhan 1434/ 14 Juli 2013
Oleh: Ayu Zaa


Hari ini tak dapat beranjak dari tempat tidurku. Lemah sekali kau! Bersemangatlah! Bukan aku tak ingin beranjak, hanya tubuh ini sedang melawan virus-virus jahat.
“Ahh, Ya Rabb, kapankah ini semua kan berakhir. Ini segera berakhir, pasti!”
“Kakaaaaaa, banguuunn udah sahul tau udah sahullll.” Hikmah membangunkanku dengan semangat sekali, kedua bibirnya mengatup menyeruku untuk bangun sahur.
“Iya Hikmaaahhh colehah, kaka udah bangun kok daritadi ga usah teriak-teriak juga doong” Ujarku kesal sembari pura-pura menjewer telinganya.
Matanya tajam menatap ke arahku, perlahan Hikmah mendekatiku. Entah apa yang difikirkan olehnya, seketika ia berteriak.
“Aaaaaa ka Nulul, itu apa di idungnya, kaka pilek? Ingus kok walnanya melah-melah kaya dalah, iiii Umiiiii Umiii, ka Nulul ingusnya melah tuuuuhhh, Umiiii” Teriaknya sambil berlari keluar kamar.
Ummi lekas berlari menghampiriku sambil membawa handuk kecil dan air hangat. Beliau membersihkan mimisanku. Setelah itu, Ummi tersenyum kepadaku. “InsyaAlloh gapapa kok, yuk sahur Rul”. Ummi, yang setiap tatapan matanya menyejukkan hati siapa yang memandangnya, yang setiap langkahnya adalah tasbih, yang setiap elusan tangannya adalah kehangatan. Ya Ummi, bagaimana aku dapat membalas tiap kasih sayangmu? Dibalik pintu kamar si kecil Hikmah mengintip, sepertinya ia ketakutan.
Itu kisahku Ramadhan tahun lalu, di hari-hari berikutnya Hikmah tidak langsung lari ketakutan melihat darah yang seringkali keluar dari kedua lobang hidungku. Hikmah malah meniru Ummi yang langsung datang dengan ‘kotak penyelamat’, dan seperti membantuku membersihkannya meskipun setelahnya dia menjauh tidak ingin dekat denganku.
“Ka Nulul udah ga mimisan lagi kan? Hikmah takut kalo setiap kaka mimisan kelual dalah, Hikmah takut dalah kaka habis, ntal kaka pelgi ninggalin Hikmah, aku gamau, aku gamau” Ucapnya padaku sembari memelukku erat.
“Gak kok Hikmah, kaka ga akan ninggalin kamu, kalaupun kaka nanti pergi, kaka akan nunggu kamu disana, taman yang indaaahh banget. Kaka nanti mau main sama Hikmah, nanti kaka tungguin Hikmah disana yah?” jawabku menenangkan. Entah, air mata ini sangat deras mengalir. “Kaka janji ini mimisan kaka yang terakhir dek, kaka janji ga akan ninggalin Hikmah, kaka janji”.

(bersambung…)

You May Also Like

0 komentar