Berbagi Untuk Menebar CintaNya (Terangi Hati dengan Berbagi)

by - Oktober 26, 2013


Tulisan ini dibuat untuk mengikuti kompetisi kepenulisan yang diadakan oleh @dompet_dhuafa yang berlangsung malam ini hingga 28 Oktober 2013 pukul 12.00 WIB. Dalam rangka Hari Blogger Nasional yang bersamaan pula dengan Hari Listrik Nasional pada tanggal 27 Oktober 2013. Silahkan di share, semoga bermanfaat. ^_^

***
Berbagi Untuk Menebar CintaNya
By: Ayu Lindasari

Berbagi itu menyenangkan. Saat lapang berbagi terasa tenang, dalam keadaan sempit pun kita tak akan pailit. Berbagi itu seutuhnya tentang cinta. Cinta pada saudara-saudari kita yang sedang jatuh, kita menyapanya dengan hangat. Cinta yang cahayanya tidak akan pernah padam untuk menerangi hati-hati yang tulus dalam membantu sesama.
Sedikit berbagi kisah saat salah seorang saudari kami ditimpa ujian, ayahnya terkena stroke ringan, beberapa hari menginap di rumah sakit. Tak berdaya. Bermula dari sebuah sms yang masuk dipagi hari,
Assalamualaikum, saya dapat kabar bahwa Bapak saudari kita ukhti R terkena stroke ringan dan di rawat di ruang seruni 208”.
Sebuah kabaran yang cukup membuat terkejut dan sedih. Kami mengenal Bapaknya, beliau yang mengantar jemput saudari R setiap pekanan. Beliau juga seorang Bapak yang sangat perhatian pada anaknya, setiap menjelang acara berakhir selalu menelpon untuk segera pulang dan menunggu untuk dijemput. Saya merasakan betapa sedihnya saudari kami ini, sang Bapak yang disayanginya berada di rumah sakit.
Hari itu saya segera mengirim sms yang bersangkutan,
Assalamualaikum, innalillah.. semoga penyakit ayahanda segera diangkat Allah, dan dihilangkan. Syafakallah ya. Ukhti, yang sabar ya!”.
Tanpa tunggu waktu lagi, saya mencoba untuk koordinasikan dengan rekan yang lain. Saya ingin sekali langsung menjenguk beliau saat itu. Segera saya koordinasikan dengan sahabat yang memberikan kabar untuk pergi ke rumah sakit dimana sang Bapak dirawat. Namun, karena pertimbangan beberapa hal kami tak jadi menjenguk hari itu juga.
Keesokan harinya saat sebelum pekanan, saya dan salah satu sahabat meminta saudari yang lain untuk datang lebih awal dan membicarakan tentang ukhti R. Alhamdulillah, kami semua sepakat untuk ‘patungan’ menyisihkan tak seberapa uang jajan kami selama seminggu untuk meringankan, atau hanya sekedar penyemangat ukhti R. Kami memang tak dapat memberikan banyak, maklumlah kami semua masih pelajar. Tapi itu tak menyurutkan niat tulus kami untuk menolong dan tanda peduli dari kami. Selain itu juga kami ingin menjenguk sang Bapak ba’da ashar, setelah pekanan berakhir. Tak lupa menyelipkan doa untuk kesembuhan beliau. Semua kami koordinasikan secara cepat, karena mengantisipasi R datang tepat waktu saat acara berlangsung.
Semua tersusun dengan rapi apa yang telah kami konsepkan sebelumnya, namun ternyata rencana kami meleset. Acara baru selesai sekitar jam 17.00 WIB. Hm, gagal menjenguk (lagi). Akhirnya kami putuskan untuk memberi R sejumlah uang yang telah kami kumpulkan sebelumnya. R dengan terharu menerima, “Terimakasih” ucapnya. Kami meminta maaf karena belum bisa menjenguk dan menitip salam untuk sang Bapak dan keluarganya dirumah.
Sebuah niat yang tulus yang saudari-saudari saya berikan membuat hati ini tak henti berucap syukur karena dipertemukan dengan mereka. Orang-orang yang bercahaya dan mukhlis. Meskipun saya tahu benar diantara mereka bahkan ada yang tak tahu apakah ongkos untuk besok berangkat sekolah dan mengajar ada atau tidak. Subhanallah, terselip doa untuk mereka yang hanif, mereka yang dengan rela berbagi sedikit untuk saudarinya meskipun mereka juga sedang tidak dalam keadaan yang terlalu baik.
Semua hal yang baik akan kembali pada diri kita sendiri, semoga setiap amal yang kita lakukan adalah Lillah, Billah, dan Fillah. Ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala. Aamiin.

You May Also Like

0 komentar