Sejak Aku Tahu Apa Itu Penantian
Senja kian temaram, saat
aku terpaku menatap bintang yang mulai bermunculan di langit yang beranjak
malam. Kau? Ya kau. Seseorang yang telah mematut hatiku. Membuat skala richter
perasaanku turun naik. Kau yang mampu mengguncang hatiku setiap mendengar
namamu (yang tak ku tahu siapa).
Kau mungkin tak tahu betapa
uring-uringannya diriku ketika ku rindu. Ya, rindu. Sejak bertahun-tahun aku
menahan rasaku ini untukmu. Ku usahakan tiada yang mampu menyelos setiap rongga
perasaanku untukmu. Aku hebat kan? Hehe.
Rindu? Sejak kapan aku
mengenal apa itu rindu? Ohiya, sejak aku tahu apa itu penantian. Tak akan rindu
itu hadir jika tidak ada penantian. Penantian yang lama dan setiap orang
berusaha menjaganya untuk seseorang. Beda denganku, aku memang sedang menanti
seseorang, sesekali menatap langit “Mungkinkah ia sedang menatap langit
sepertiku?”. Nihil, tiada jawaban yang dapat memuaskanku.
Kau tahu bagaimana rasanya
menanti seseorang yang kau tidak tahu sama sekali? Itu rasanya seperti menanti
pengumuman pemenang undian yang hadiahnya tidak tahu sama sekali. Greget. Ingin
bilang rindu, pada siapa? Ingin bilang cinta, pada siapa? Ingin menatap
wajahnya, siapa pula? Lagi-lagi aku memasung pilu. Bagai pungguk merindukan
bulan. Mungkin belum saatnya, mungkin belum sekarang.
Sesekali aku merasa dekat
dengannya. Bahkan dekat sekali. Juga pernah aku merasa dirinya amat
jauh, bahkan aku merasa akan bertemu pada dimensi lain kehidupan. Ah, rasanya
ingin cepat bertemu saja.
“Aku
tak pernah tahu siapa dirimu, bahkan seperti apa rupamu.
Untuk
memikirkannya saja aku khawatir, khawatir rindu ini semakin dalam.
Aku bukanlah seseorang yang sempurna, tapi aku ingin penantianku ini menjadi
sempurna dengan kehadiranmu.
Tapi
kehadiranmu yang entah kapan, membuatku semakin memendam rindu itu.
Ya, kau
itu rahasia. Yang pasti hadirlah ketika Allah sudah menguatkan hatimu. Jangan
menebar cinta pada yang lain, karena aku cemburu. Disini aku mati-matian
menjaga diri, tapi kamu kok tidak.
Jaga
iman dan Islammu ya, siapkan bekal dengan baik, dan menjadi guru dan pemimpin
terbaik untukku dan kerajaan kecil kita nanti.”
@yulinsar
0 komentar