Ketika TakdirNya Berbicara 3 (FINAL)

by - November 01, 2014


EPISODE 3 (FINAL)

Hari-hariku berjalan seperti biasa, tanganku sudah membaik dan hatiku juga membaik. Kuakui memang sempat rasa itu mengembang, tapi dalam hatiku sendiri meyakini bahwa itu akan mengkhianati pasanganku kelak jika mengetahui bahwa sempat beberapa orang menetap lama dihatiku. Hanya seminggu dan interaksi kami menjadi seperti biasa antara mahasiswa dan dosen. Jika setelahnya akan berubah maka itu berjalan sesuai masa yang ada.

Nada SMS terdengar, kubuka kali ini dari Abi. Abi menyuruhku untuk minggu ini pulang ke rumah, ya memang kan seharusnya sudah jadwalku pulang kerumah setelah bulan lalu absen dari pulang ke rumah.

--

“Bagaimana Anis? Sudah siap?” tanya Umi
“Sudah Mi, insyaa allah, tapi Anis deg-degan Umi”
“Sudah, gak papa kok” Ucap Umi sembari tersenyum

Hari ini, Abi menyuruhku pulang kerumah untuk mengabarkan bahwa ada yang akan mengkhitbahku malam ini juga. Aku tak bisa menolak, ini ibadah yang lebih baik disegerakan. Yang menggelitik benakku ialah ia kenal denganku, akupun mengenalnya kata Abi. Namun, aku masih terus berpikir siapa lelaki itu? Dodit? Atau siapa? Sampai pada saat dimana suara khas itu merasuk gendang telingaku.

“Assalamualaikum” sapanya
“Alaikumussalam warahmatullah, Alhamdulillah antum hadir akh, apa kabar?” jawab Abi dengan hangat
“Alhamdulillah khoir ya Ustadz, Ustadz bagaimana sekeluarga?”  tanyanya kembali
“Alhamdulillah baik semuanya akh, Alhamdulillah” 
Percakapan untuk mencairkan suasanapun berlalu.
“Jadi begini Ustadz, ana kenal putri Ustadz, di kampus. Ana cukup mengenalnya, dan sepertinya putri antum juga mengenali ana. Jika diperkenankan Ustadz, ana ingin melamar putri antum sebagai istri ana. Tujuan ana menikah karena Allah, insyaa allah Allah yang akan mencukupkan rezeki kami selama berumah tangga. Tak lain hanya barokah Allah yang ana harapkan. Jika diperkenankan, atau Ustadz menyetujuinya, dan segera menanyakan pada putri Ustadz dan putri Ustadz juga berkenan maka, segera setelahnya, ana akan mengajak orang tua ana supaya dilakukan khitbah yang resmi Ustadz, jadi demikian maksud kedatangan ana hari ini ke rumah Ustadz” jelasnya dengan rinci

Hatiku sudah benar-benar diambang batas bahagia. Sangat mengharukan, diantara kata perkata yang meluncur dari mulutnya, maka megalirlah saat itu juga air mata bahagiaku.

“Alhamdulillah, semoga keberkahan melimpah atas keberanianmu, afwan akhi, nama lengkap antum siapa? Biar bisa ana jelaskan pada putri ana” tanya Abi
“Muhammad Azzam, Ustadz” jawabnya
“Baiklah, ana tanyakan ya, sebentar. Kebetulan ia ada di rumah dan sedari tadi sudah duduk di belakang kita, dibalik ruangan ini”
Azzam terhenyak saat mengetahui aku berada disana pula.
“Putriku Annisa Aulia, kamu sudah mendengar pernyataan nak Azzam tadi, jadi bagaimana pendapatmu nak?” tanya Abi padaku

Aku sedang menenangkan hatiku, berusaha mencari jawaban yang terbaik, karena keputusan tidak dapat diambil jika aku sedang teramat senang maupun teramat sedih.

“Bismillah, Abi, Anis akan memberikan jawabannya besok hari, mungkin diperkenankan untuk Akh Azzam menunggu jawaban melalui Abi ana, demikian yang bisa ana jawab, afwan”

Aku semalaman memikirkan kajadian hari ini, benar-benar kusaksikan bagaimana keajaiban takdirNya hadir dipelupuk mataku. Tak sadar aku pun tertidur dan bangun di pertengahan malam. Tak kusiakan waktu yang ada untuk bersujud dan berdoa memohon padaNya untuk memutuskan yang terbaik. Air matapun mengalir deras, seiring dengan doa-doa yang menangga ke langit. Kali ini benar-benar baru kurasakan pasrah-sepasrahnya atas kehendakNya yang terjadi padaku.

--

Kuputuskan untuk menerimanya, menjadi pendampingku. Kedua orangtuanya hadir bersama keluarga besarnya untuk mengkhitbahku. Aku tak habis pikir bagaimana bisa Pak Azzam mengenal kedua orang tuaku? Juga kedua orangtuanya adalah kawan akrab keluargaku. Bagaimana bisa aku alpa soal ini? Mungkin ini adalah cara kerja takdir.

Hari demi hari berlalu, persiapan pernikahan kami hanya satu bulan, dan itupun seminggu setelah UAS, yang aku bingungkan saat ini adalah bagaimana aku mengumumkan kepada teman sekelas? Mereka pasti bertanya macam-macam padaku.

--

Kini sudah H-1 pernikahan kami. Hatiku semakin berdegup kencang, aku minta ketenangan hati pada Allah yang mengenggam hati setiap hambaNya. Pertanyaan-pertanyaan kawan sekelas dapat kuatasi, namun aku sendiri masih penasaran dengan bagaimana cara kerja takdir yang dapat mempertemukan kami.

--

“Barakallahu laka wabaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khair”

Setiap tamu undangan yang hadir mempersembahkan doa terbaik bagi kami. Semoga Allah mengabulkannya. Aamiin.

--

“Hmm, aku harus memanggilmu apa Akh?” tanyaku pelan
“Panggil saja aku Mas” jawabnya sembari tersenyum
“Iya Mas” aku tertunduk semakin malu

Untuk pertama kali aku menggenggam tangannya, dimana saat kuliah tak pernah kami bersentuhan, bahkan saat ia harus menolongku karena terluka.

“Mas, aku mau tanya, bagaimana kamu bisa mengenal Abi?” tanyaku lagi
“Aku mengenal Abimu, karena Ia adalah kawan Ayahku selama di Turki”
“Ja.. jadi.. kamu yang awalnya akan dijodohkan olehku, Mas?”
“Hmm..”
“Yaa.. awalnya juga aku tak begitu mengindahkannya, karena aku masih ingin kerja dan melanjutkan studiku dulu.. tapi, saat aku tahu kamu kuliah di tempat aku bekerja aku mulai memperhatikanmu, sebelum aku menjadi dosenmu..” jelasnya
“Hah? Jadi saat kamu jadi dosen di kelasku, kamu tahu itu aku?”
“Hmm, ya” jawabnya sambil tersenyum
“Saat aku terjatuh, karena itu kamu menolongku?” tanyaku lagi
“Ya, enggak gitu juga kok, tapi.. inget gak saat dokter yang menanganimu bilang bahwa kita ini suami-istri?”
“Hmm, iya ingat kok Mas” jawabku sambil tersenyum juga
“Disana, aku sangat mengaamiini itu sebagai doa, dan aku berjanji akan terus menjagamu..”
“Mas gombal banget deh” ledekku sambil mencubit pinggangnya
Dia hanya mengaduh manja. Bulan menerangi malam kami berdua.

--


Cinta datang dan kembali. Tak pernah pergi, ia akan menetap selamanya. Hanya saja mungkin tertutup dengan cinta-cinta yang lain. Dan seperti itulah cara kerja takdir, membuatmu terkadang sulit berfikir tentang hubungan satu kejadian dengan kejadian yang lain. Juga, saat kau mulai mengerti cara kerja itu, maka saat itulah kau dapat tersenyum memahami apa yang sedang terjadi. Mungkin, kejadian yang kita alami hari ini adalah bagian dari cara kerja takdirNya? Wallahu a’lam.



You May Also Like

0 komentar