Rehat

by - Oktober 28, 2018

Kita butuh menepi sejenak dari segala urusan-urusan yang memusingkan. Tanpa berlari dari hal-hal itu. Selesaikan pekerjaanmu, lalu beralihlah pada pekerjaan yang lain. Selesaikan juga perihal perasaanmu yang menggantung.

Akhir-akhir ini aku butuh ruang untuk sendiri. Bukan ruang yang bisa kudapatkan di sini. Dari layar lebar smartphone. Yang kubutuhkan adalah ruang sebesar sajadah. Tempat menghamparkan doa-doaku yang selama ini tertahan. Tempatku menengadahkan tangan serta menahan bulir-bulir harap yang mengalir. Tempatku mengajukan proposal hidup padaNya, meski aku tahu segala takdir sudah tertata rapi olehNya, bukankah aku masih bisa meminta yang terbaik? Ya meski takaran terbaik itu tidak pernah ada dalam takaran manusia.

Aku putuskan untuk sejenak menepi dari riuhnya dunia medsos. Terutama Instagram. Aku tahu bahwa media sosial itu hanyalah penunjang dan kita sendiri yang memiliki kendali. Tapi sepertinya aku mulai tertular penyakit 'ketergantungan' meski aku termasuk yang jarang mengupdate. Bisa dibilang, aku hanya pemantau, suka mencari jejak, sekedar kepo. Tapi kesini-sini hawa diri untuk ingin tampil, ingin dilihat semakin menjadi. Belum lagi postingan-postingan motivasi penuh mengundang rasa baper, tanya motivasi apa? Kamu lebih tahulah apa yang kumaksudkan.

Belum lagi postingan-postingan yang menunjukkan tempat main, kongkow-kongkow terbaru. "Ah itu kamunya aja kali, hasad, suka su'udzon!". Mungkin begitu, dan aku menghindari itu. Justru aku stop daripada terus berlanjut. Karena dzon atau prasangka itulah yang tanpa sadar melarutkan amalan kita, bagai gula yang larut oleh air.

Sejenak menepi, menjauh.
Mencoba hidup tenang dengan dunia Facebook yang tak sehingar-bingar Instagram. Alhamdulillah di akun ini lingkaran pertemanannya dengan orang-orang baik, yang dulu, ketika aku hijrah pertama kali. Pemahamanku bertambah, karena mereka yang sering sharing postingan bermanfaat sampai saat ini. Jauh dari postingan galau-galau macam aku ini. Huhu.

You May Also Like

0 komentar