Teringat

by - November 18, 2018

Kemarin sore, saat perjalanan pulang dari acara di sekolah. Di depan motor, ada mobil bak terbuka. Isinya remaja tanggung, usia SMP lah yang mau nebeng entah tujuannya ke mana. Ada sekitar lima belasan remaja yang naik, 3 orang masing-masing duduk di sisi kanan kiri bak terbuka. Sisanya merapat ke depan, ngumpul di belakang kursi supir.

Tiba-tiba, salah satu anak (mungkin ketua gengnya?) mengeluarkan sebatang rokok diselipkan di jari kirinya, terus masuk mulut, kirain mau dikunyah ternyata mau dibakar gaes hha. Dengan luwesnya, tangan kanan menyalakan korek api gas.

Iki parah loh guys. Pengendara samping kanan-kiri gue mungkin ikutan bengong. Itu wajahnya ya, suwer deh masih bocah banget. Tapi sudah se-ahli dan se-pro itu gayanya ambil korek dari kantong, terus nyalain rokoknya.

Kemudian pahamlah, anak ini kayaknya butuh perhatian. Maybe yang tidak ia dapatkan dari ortunya, atau guru, bahkan lingkungannya. Perhatian dalam kebaikan, saat dia berbuat kebaikan, tapi gada yang notice. Dia akan cari hal yang bikin dia dinotice ama orang tuanya. Nahas, kadang orangtua 'lebih tertarik' saat anaknya buat sesuatu yang ga sesuai nilai yang dia miliki. Jadilah marah-marah saat anak salah, tapi miskin kalimat pujian saat anak melakukan kebaikan.

Ini juga hal yang baru aku ketahui ketika ngajar. Anak-anak tuh ya kalau dipuji, suenengnyaa bukan main. Apalagi dikasih reward. Nagih terus tuh, pasti dia akan berbuat sesuatu yg narik perhatian orang dewasa. "Bu Ayu, aku makan siangnya habis dong", "Bu Ayu ini aku udah ngerjain PR semuanya dong", "Bu Ayu aku hari ini gak lupa bawa buku lagi", de el el. Mereka akan menunjukkan sesuatu yang menurut mereka tuh hebat. Nah kitanya berusaha juga buat menunjukkan interest nya kita, sama yang mereka perbuat. "Wah hebat, makannya habis, besok-besok begini lagi ya, pasti bundanya seneng deh kamu makannya habis". Atau kalaupun hal yang mereka lakukan salah, segera beritahu mereka, tapi tetap mengutamakan adab ya. Jangan tegur di depan umum, mereka juga punya hati, yang harus kita jaga.

Lanjut. Turunlah mereka di salah satu pertigaan. Duh pas turun dari mobil aku yang geregetan, macam liat apaa gitu. Terus mereka bergerombol melanjutkan perjalanannya yang entah mau kemana tujuannya.

Aku mikir, kalau anak kecil aja sekarang gayanya sok dewasa. Mungkinkah ketika dia dewasa nanti sifatnya akan kekanakan? Sebab ada yang belum tuntas di masa kecilnya. Tentang adab dan etika. Pembelajaran benar dan salah, mengendalikan ego.

Diriku bukan bilang kalau perokok dewasa itu kekanakan ye. Bukan itu poinnya. Tapi kenapa, anak kecil macam dia, sudah kenal barang-barang yang seharusnya hanya orang dewasa yang tau. Paham.

Apakah sudah membosankan kah permainan jaman now dengan segala kecanggihan teknologinya. Dulu, usia SMP aku masih seru naik sepeda, main monopoli, banter main frienster, ubah background jadi gothic tapi pinky gitu atau background nightmare. Hahaha. Tapi dulu sih udah sibuk di SMP ikut organisasi sih, paskibra. Wuh, dulu mah bangganyaaa, tiap hari Ahad mesti ikut lomba, terus hari Senin bawa piala. Jadi gak banyak waktu buat main-main ga guna. Ga nganggur istilahnya.

Alhamdulillahnya, dulu orang tua udah ngarahin aku buat ikut kegiatan yang positif. Nah, PR nih sekarang sbg guru, karena ngedidik anak orang yang dititipkan di sekolah. Bagaimana caranya supaya tidak terjadi hal-hal seperti yang aku liat kemarin di jalan. Dan buat permata hatiku di masa depan, semoga bisa memberikan yang terbaik.

Bismillah, niatin dulu. Kuatin ilmu.

You May Also Like

0 komentar