Menari Bersama Impian

by - April 09, 2016



Tepat saat hujan turun rintik-rintik menyentuh genting rumahku, membasahi semua yang dijumpainya. Tepat saat itu pula aku memikirkan kelak bagaimana proses impianku. Impian yang sejak lama aku bangga-banggakan. Begitu baaaanyak sebenarnya impian yang memenuhi benakku. Terkadang, ketika aku mulai merasa berada pada jalan yang tepat untuk menuju impian itu, seketika berbagai macam godaan datang menghampiri. Entah itu berupa kerikil tajam, rintik hujan, batu sandungan, jalan berlumpur, dan lainnya. Semua seakan-akan menjadi pertanda bahwa aku tidak usah repot-repot menapaki impian itu sendiri, menggodaku untuk berhenti saja. Berhenti untuk bermimpi.

Terutama ketika aku menyadari bahwa ada orang-orang yang akan mencibir. Seolah-olah kita tidak pantas memiliki atau bahkan sekedar membayangkan saja itu dilarang. Jangankan sekali-dua kali, sering kutemui orang-orang seperti itu.

“Ya ampun! Astaghfirullah, tinggi banget (mimpinya)” ucap salah satu teman saat aku dengan pedenya menjawab bahwa aku (saat lulus nanti) akan mengajar di salah satu sekolah dasar. Apa yang aku lakukan? Bengong. Yap, bengong. Sebegitu rendahkah aku? (Tiba-tiba baper), hingga menurutnya aku tidak bisa mencapai mimpiku. Tetapi tidak aku ambil pusing, meski pada awalnya ada rasa panas di dalam dada hingga rasa hampir murka. Namun setelah aku pikirkan lagi, untuk apa kesal? Toh selama ini apa yang aku impikan memang sedang aku perjuangkan. Bukan suatu hal yang muluk-muluk. Kecuali, aku bermimpi untuk menjadi dokter, tapi aku kuliah di perhotelan misalnya, bukankah itu yang namanya memaksakan dan muluk-muluk? Tetapi aku tidak, dan tidak pernah muluk-muluk dalam memiliki impian. Apa yang menurutku sanggup untuk aku perjuangkan ya tentu akan aku lakukan, separah apapun medan yang aku jalani nanti. Ini tekadku.

Jujur, ucapan salah satu temanku itu masih terngiang-ngiang ditelinga hingga detik ini, berikut juga ekspresi dan nada bicaranya. Responnya sukses membuatku berpikir ulang tentang impianku yang satu itu. Aku sangat-sangat berterimakasih atas tanggapannya, berkat ucapannyalah aku kembali mengoreksi jalan menuju impian tersebut. Apa saja yang harus dipersiapkan dan diperbaiki. Selain itu, pasti banyak orang yang mendukung impian kita, mereka akan mensupport semampu mereka bahkan mungkin memberikan alternatif jalan yang lebih baik atau membantu membersihkan terjal yang menghalangi. Merekalah keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat kita. Yang senantiasa mendoakan dalam setiap ibadahnya, tidak putus, tanpa jeda. Tidak ada yang salah dan tidak akan salah orang-orang yang memiliki impian, selama ia berada pada jalan yang ia yakini benar melangkah pada impiannya. Pegang terus impian itu, jangan dilepaskan. Suatu saat pasti (insyaa Allah) impian itu akan tercapai.

Impian itu bagai kuncup bunga yang belum mekar, dan akan mekar sesuai dengan takdirnya. Perawatan yang baik dan diberikan motivasi tumbuh maka ia akan mekar lebih baik dan harum baunya. 

Maka menarilah bersama impianmu, singkirkan terjal yang akan menghalangi, nikmati proses yang mungkin tidak akan dilewati dengan mudah. Seperti sebuah tarian, maka bermimpi membutuhkan latihan yang rutin. Melatihnya dengan keyakinan yang indah. Seindah rintik hujan yang turun malam ini dengan perlahan. Selamat malam! Selamat memperjuangkan impian.



Di bawah rintik hujan,
@yulinsar
Depok, 9 April 2016

You May Also Like

0 komentar